Susan Profesi Pekerjaan Ku

August 06, 2010

Ini adalah kisah ku. Namaku Susanto tetapi terkadang aku sering dipanggil Susan. Mendengar hal ini pastinya banyak orang yang bertanya-tanya tentang perbedaan Susanto dengan Susan. Hal ini bukanlah sebuah singkatan atau sekedar nama beken belaka. Mungkin sebagian besar dari masyarakat sudah dapat melihat atau pun mendengar hal ini.

Aku adalah pria dengan satu istri dan 2 anak. Semakin membingungkan bukan? Mungkin kalian akan berfikir aku yang seorang waria mengapa bisa mempunyai istri dan anak? Malah sampai 2 anak?

Susan adalah jabatanku ketika aku bekerja. Dimana ketika orang lain mempunyai jabatan atas pekerjaannya sebagai staf administrasi, sekretaris, menejer personalia bahkan direktur aku malah sebagai waria pinggir jalan dengan bermodalkan radio yang ku letakkan di dadaku. Ketika orang lain pulang untuk beristirahat, aku baru akan memulai kegiatanku mencari selembar uang yang dapat aku berikan pada keluargaku.

Tak ada kebanggaan dalam hidupku menjalani hidup sebagai Susan. Rasa malu, takut dan jijik pada diri sendiri sering menghampiriku bahkan tak jarang aku menangis dalam hati yang hanya dapat ku pendam sendiri. Rasa takut ketika dikejar aparat selalu hinggap di benakku, bahkan rasa takut ketika keluargaku mengetahui pekerjaanku lebih membuatku sedih.

Terkadang aku merenung apa yang orang tua pernah katakan pada ku. "bila ingin menjadi orang yang baik, jagalah setiap apa-apa yang masuk ke dalam mulutmu dan apa- apa yang keluar dari mulut dan tindakanmu". Hal ini selalu membuatku bertanya- tanya dalam hati apakah riski yang aku berikan kepada keluargaku halal adanya? Apa yang akan aku katakan ketika anak dan istriku bertanya pekerjaan ku? Dapatkah aku mengatakan profesiku pada mereka?

Menjadi seorang Susan bukan hal mudah bagiku. Hinaan, caci maki, cemoohan bahkan tertawa dengan nada nyinyir yang datang padaku sering kali membuat hatiku pilu. Menjadi susan pinggir jalan bukanlah tujuan hidupku. Hal ini juga bukan karena keteampilanku dalam merias wajah atau pun berlenggak lenggok, tapi ini adalah rasa dahaga dan lapar dari perut mungil ku dan keluargaku. Tak adil bagiku bila harus teriak-teriak atas penderitaan keluargaku tanpa usaha dari ku sendiri.

Minim pendidikan membuat ku menjadi seorang Susan. Tapi yang harus diketahui adalah ketika seorang Susanto menjadi Susan, hal itu bukan berarti dia adalah seorang waria. Seperti halnya saya seorang Susanto yang menjadi Susan hanya untuk profesi pekerjaan atas dahaga dan rasa lapar dari perut mungilku ini.




You Might Also Like

0 comments

Like us on Facebook