Cinta Monyet Semasa SMU

June 09, 2011

Saya bertemu dengan suami saya ketika saya duduk di bangku SMU, tepatnya ketika saya kelas satu SMU dan suami saya ketika itu adalah kakak kelas saya. pertemuan kami berawal dari sebuah orientasi siswa yang diadakan oleh sekolah baru saya. Seperti layaknya seorang anak ABG yang baru saja menginjak remaja tidak membuat saya berbeda dari sebelumnya. Selama orientasi tak terlalu banyak yang dapat saya kenang ketika itu, maklum saya bukan termasuk siswa populer dengan nilai paling bagus di sekolah, seorang siswi cantik yang bergaya modis, ataupun pandai bergaul. Sampai pada saat saya berkenalan dengan teman sebangku saya yang bernama Farrah yang akhirnya saya dapat mengenal teman dari kelas lain.

Hari ke dua orientasi saya dapat bermain dengan teman-teman baru saya yang dikenalkan Farrah teman saya. Hal ini tak membuat saya merasa nyaman ketika itu. Saya merasa risih dengan pembicaraan yang teman-teman saya obrolkan. Rasa cuek, tak perduli pun menghampiri saya ketika itu. Melihat mereka tertawa nakal membuat saya penasaran.

Akhirnya saya dapat menangkap pembicaraan mereka, mereka membicarakan seorang kakak kelas yang katanya keren, entah siapa yang mereka bicarakan saya tak tahu ketika itu, sampai akhirnya salah satu teman saya menyebut sebuah nama Rio. Mendengar hal itu tetap tak membuat saya menjadi tahu tentang sosok RIO yang mereka bicarakan sampai pada hari terakhir orientasi.

Hari terakhir biasanya adalah hari ditetapkannya ritual mengumpulkan tanda tangan. Hal ini membuat saya sebal. Saya yang berkepribadian cuek merasa terbebani dengan pengumpulan tanda tangan tersebut karena yang saya tahu adalah ketika kita meminta tanda tangan maka konsekkuensinya adalah saya harus rela di kerjain kakak kelas.

Sudah hampir setengah hari yaitu tepat pukul 12.00 siang saya baru mengumpulkan 10 tanda tangan yang berarti saya masih membutuhkan 90 tanda tangan lagi. Sampai pada saya ingin mengumpulkan tanda tangan yang ke 11, saya memutuskan untuk meminta tanda tangan pada kakak kelas saya Dinda yang terkenal cantik dan populer di sekolah. Antri sudah pasti akan anri karena orang ini memang terkenal ramah dan menyenangkan.

Tak akan ada yang akan melewati meminta tanda tangan kakak kelas saya yang satu ini. Sampai ada seorang kakak kelas saya menghampiri Dinda dan berkata "Rajin amat loe tanda tangan sebanyak itu?", "ya abis gimana kasian kalau gak mau" ucap Dinda. "Loe dah selesai tanda tangannya?" tanya Dinda pada orang tersebut. "selesai apaan? Gw gak mau tanda tangan gituan gak ada kerjaan!" jawab orang itu. "Rio, lu kok gitu kan kasihan nih, eh kalian sebagian minta tanda tangan sama kak Rio ya?" ucap Dinda lagi. Mendengar nama itu mengingatkan aku pada sebuah nama yang dibicarakan oleh teman-teman ku. Ternyata cowok tampan dengan tubuh yang tegak di depan saya bernama Rio yang sering menjadi pembicaraan siswi-siswi di sekolah.

Setelah masa orientasi selesai semua berjalan seperti biasa, sampai pada ketika ujian tengah semester berakhir saya dikejutkan oleh seseorang yang duduk di depan kelas kami, wajah yang tak asing bagi saya karena kami memang sering bertemu dan kelas kami yang bersebelahan, orang itu adalah Rio kakak kelas saya. Seperti biasa saat itu saya cuek, sampai suara orang itu memanggil nama saya "Dian" seketika itu langsung saja saya menoleh. Hari itu adalah hari dimana suami saya mengucapkan cintanya kepada saya. dan kami pun berpacaran sampai akhirnya dia lulus dan melanjutkan kuliah di luar kota.

Awalnya cinta ini hanya saya anggap sebagai cinta monyet yang tiada ujungnya. tetapi setelah 7 tahun kami berpisah tanpa kontak apa pun, kami bertemu kembali di perhelatan reuni sekolah SMU kami. Akhirnya momen itu menjadi pengucapan cintanya untuk yang ke dua kalinya kepada saya dan tepat pada bulan Juni tahun lalu kami menikah. Bulan Mei 2011 mendatang kami akan dikaruniai seorang buah hati sebagai simbol cinta kami.



You Might Also Like

0 comments

Like us on Facebook