Cinta Pandangan Pertama

June 23, 2011

Ini adalah kisah cintaku, nama ku Larasati dan biasa orang memanggilku Laras. Aku adalah seorang perempuan simple dan sedikit pemalu. Pada suatu hari aku menjemput sahabatku bernama Rinka di kampus Unas Jakarta.

Sahabatku Rinka adalah mahasiswi teladan yang pintar. Dia tidak hanya pintar dalam nilai akademik tetapi juga dalam sebuah pergaulan. Dan for info Rinka sahabatku kuliah di fakultas Hubungan Internasional Universitas Nasional.

Sesampainya aku menjemput sahabat tercinta, kemudian Rinka mengajakku kesebuah kantin yang berada dalam kampus tersebut. 30 menit lamanya kami duduk sambil menikmati makanan. Aku sering memperhatikan sekeliling ruangan yang memang sangat asing bagiku. Satu jam pun telah berlalu, aku dan sahabatku masih betah untuk duduk di kantin bahkan kami menambahkan pesanan jus pesanan kami. Tak lama setelah itu seseorang menghampiri, namanya Desya. Dia adalah teman dari sahabatku Rinka. Ini adalah awal perkenalanku dengan Desya yang akhirnya membuat kami sering jalan bertiga untuk sekedar hang out.

Desya adalah seorang perempuan yang sangat unik bagiku, dia bisa sangat dengan cepat akrab dengan semua orang yang ditemuinya. Wajah dan senyuman yang manis selalu menjadi daya tariknya dalam bergaul. Sikapnya yang luwes menjadi penambah daya tarik tersendiri baginya. Bila jalan bersamanya tidak akan ada satu orang cowok pun yang tidak melirik ke arahnya.

Pada suatu ketika kami bertiga memenuhi undangan dari sebuah pusat kebudayaan Italy di Jakarta. Walaupun sebenarnya aku tidak mendapatkan undangan resmi karena aku bukan salah satu mahasiswa les bahasa Italy namun aku entah mengapa aku bersedia hadir bersama Rinka dan Desya. Bila ada mereka berdua, dijamin pesta yang standart dan membosankan akan jadi sangat meriah. Apalagi kalau Desya sudah beraksi. Kadang aku sampai malu bila melihat tingkahnya yang suka over load, hehehehehe....

Sebelum berangkat menuju tempat acara, kami menyinggahi pusat kebudayaan terlebih dahulu untuk mengambil tiket konser piano yang akan digelar. Saat itu aku masih seperti biasa, hanya terdiam menyaksikan parade Desya berceloteh dengan disambut gembira oleh Rinka dan seseorang tak ku kenal.

Tetawa seolah pecah membuat ruangan menjadi bising oleh mereka, sampai seorang pria bule keluar sekedar ingin mengetahui apa yang terjadi. Huhhh dengus ku dalam hati, lagi-lagi aku harus bisa menahan rasa malu karena ulah mereka. Sesaat ku perhatikan pria itu, tak nampak rasa kesal atau heran, pria itu malah melamparkan senyum manisnya. Nama pria itu adalah Andrea dan dia bekerja di pusat kebudayaan Italy sebagai accounting. Hari itu adalah pertamuan pertama ku dengan Andrea.

Sejak hari itu, aku selalu tak pernah menolak bila teman-temanku mengajakku ke pusat kebudayaan. Berharap aku bisa bertemu pujaanku di sana. Semakin hari aku merasa semakin menyukainya. Tapi rasa cintaku hanya dapat aku rasakan sepihak. Aku tidak pernah bisa mengungkapkan rasa suka ku pada Andrea. Aku telah membiarkan ruang kosong untuk ku persilahkan diisi oleh Andrea. Suatu saat aku akan mengatakan padanya dan semua orang bahwa kau mencintainya....

Semoga aku bisa, dan aku pasti bisa...

to be continue

You Might Also Like

0 comments

Like us on Facebook