Pupus Cinta

July 02, 2011

Perasaan suka yang aku rasakan pada Andrea semakin melekat sampai aku bisa memastikan kalau Andrea lah soulmate ku. Rasa berdebar sampai jantung cenat cenut aku rasakan. Pria bule yang telah memahat hatiku dengan panah cintanya membuatku seolah terpatri dalam buaian cinta, hehehehe lebay move on.

6 bulan lamanya aku masih belum dapat menggungkapkan rasa suka ku pada Andrea. Kalau aku balapan cinta dengan Desya di sirkuit so pasti aku akan jauh tertinggal. Atau aku bertaruh perhatian dengan Rinka di meja cinta, so pasti aku akan di skak mat dengan kartu pendekatan dengan skor 9 telak, hehehe cinta memang ibarat balapan dan permainan judi. Untung saja aku tak sedang balapan cinta dengan Desya dan tidak taruhan perhatian dengan Rinka. Andrea bukan tipe cowok yang mereka sukai.

Desya, dia lebih milih mas-mas jawa dengan senyuman manis. Kalau sudah lihat cowok keren bertampang melayu, dijamin dia akan cari kesempatan untuk bisa mendekati cowok itu. Sedangkan Rinka, dia lebih suka cowok bule dengan title mapan dipundak. Kalau ada cowok seperti itu so dia akan lantas ngacir untuk browsing data-data cowok tersebut. Mengingat Andrea hanya seorang staff akunting dijamin gak akan ada tuh nama Andea didaftar list cowok buruan Rinka, begitu juga dengan Desya yang ongah punya pacar bule. Kalau dilihat-lihat dan diperhatikan banyak pria bule yang sangat tertarik pada Desya dan belum ada satu pun yang dapat tiket hang out atau kencan dengan dia. Tapi.. terkadang aku berfikir apakah Andrea menyukaiku?

Rasa tidak pede lah yang selalu membuatku tak berani untuk sekedar mengungkapkan rasa ketertarikanku pada Andrea. Terkadang aku hanya dapat mencuri-curi pandang sekedar menghilangkan rasa dahaga dari cinta yang belum tersalurkan.

Hari ini, kami bertiga berniat mengunjungi pusat kebudayaan untuk sekedang menonton film yang sedang diputar sambil meluruskan niatku bertemu pujaan hati. Entah mengapa saat ini hatiku merasa tak enak. Jantungku terus berdebar kencang. Hatiku tak se excited biasanya bila bertemu Andea.

Ku lihat seorang wanita muda duduk di sudut ruangan sambil membaca sebuah majalah dan sesekali melempar senyum ke arah kami. Nama wanita itu adalah Felisa. Seperti biasa Desya dengan gaya ceplas ceplosnya mencoba menyapa wanita itu.
"Hi, lg nunggu kelas ya? atau mau nonton juga?" Tanya Desya pada Felisa.
"Enggak tuh say, aku lagi nunggu orang." Jawab Felisa pada Desya.
"Oh aku tau, dirimu lagi nunggu pacar ya?" Terka Desya asal yang langsung di susul dengan tawa Rinka sembari meledek.
"Hahahaha... bisa aja? Kok tahu sih? Ya ketebak deh." Ungkap Felisa sambil melempar tawa ke arah kami.

Tak lama, seseorang keluar dari ruangan. Orang itu tak asing bagiku, dia adalah Andrea. Deg.. jantungku seolah berhenti berdetak seketika ketika melihat Andrea menghampiri Felisa. Melihat hal itu aku hanya tertunduk dan enggan untuk sekedar menoleh ke arah mereka.

Entah apa yang mereka bicarakan aku pun enggan untuk sekedar tahu. Bukan hanya aku yang dengan sekejap terdiam, tapi Desya dan Rinka pun ikut membisu seolah terkejut. Tak berapa lama kemudian Rinka berceloteh kepada Felisa.
"Oh jadi ini toh orang yang ditunggu-tunggu. Ya ampun mba, kenapa mau nungguin Andrea sih? mending langsung tarik aja, terus bawa pulang deh hehehehe"
"Maunya juga gitu say, tapi diakan lagi kerja jadi terpaksa deh nunggu hehehe." Ungkap Felisa pada Rinka.
"O gitu hehehe oke deh." Jawab Rinka.

Tak lama, Andrea dan Felisa pergi meninggalkan ruangan dan pergi. Saat itu aku, Rinka dan Desya hanya bisa bertatapan. Aku tahu kalau teman-temanku juga mengetahui kesedihan cintaku yang harus pupus. Bahkan aku telah tekalahkan sebelum berperang. Dan yang lebih parah lagi adalah Andrea bukan hanya sekedar pacar untuk Felisa melainkan seorang suami.

Tak mungkin rasanya aku menggapi cinta dari seorang suami wanita lain. Aku pun memutuskan untuk tidak melanjutkan perjuangan cintaku pada Andrea. Semoga aku bisa Tuhan...

You Might Also Like

0 comments

Like us on Facebook