AGENSI IKLAN MENJADI RECORD LABEL

July 28, 2012


Apa jadinya jika agensi-agensi iklan kini merambah menelurkan artis-artis rekaman? Pertanyaan tersebut sangat sering menjadi topik perbincangan serius diantara brand-brand manager dan pelaku trend market saat ini. Seperti halnya Dentsu, agensi iklan yang melahirkan AKB 48 & JKT 48.

AKB 48 digagas oleh Yasushi Akimoto, produser dan penulis lirik kelahiran Jepang tahun 1956. Munculnya AKB 48 dilanjutkan dengan munculnya grup-grup serupa seperti Taiwan, TPE 48, dan Indonesia, JKT 48. Agensi iklan Dentsu telah memenej, marketing dan mempromosikan grup berpersonil sekitar 92 gadis remaja cantik ini. Dengan strategi mengejar perhatian dari para geeks yang senang menemukan dan juga bisa disebut sebagai early adopters, AKB 48 mendapat animo yang cukup tinggi sehingga dengan mudahnya dikawinkan dengan brand-brand besar seperti Pocari atau Yamaha. Secara musikal dan visual, AKB 48 dan JKT 48 sangat memuaskan. Secara fans jangan ditanya, mereka punya fans loyal bahkan cowok-cowok usia 30-40 yang menganggap personil-personil AKB 48 dan JKT 48 ini sebagai adiknya dan mereka ingin adik-adiknya ini bisa sukses dan populer. Brand senang jika memiliki tools engagement yang fluid seperti grup musik ini. Ini bukan lagi sekedar sponsorship tapi sudah lebih kedekatan personal antara brand dengan target marketnya melalui media grup musik. Dentsu jelas mampu menjembatani kebutuhan brand dengan menghadirkan AKB 48 dan JKT 48.

Selain Dentsu, Anomaly adalah sebuah agensi iklan independen yang punya kantor di New York, Inggris, Belanda dan Kanada juga memberikan kliennya untuk lebih dalam menggaet perhatian target marketnya  melalui musik. Merk sandang ternama, Diesel, adalah salah satu dari klien Anomaly yang pada tahun 2010 meluncurkan sebuah kampanye berjudul “A Hundred Lovers.”  Dalam kampanye video interaktif tersebut terdapat lagu berjudul sama yang ditulis oleh Josep. Lagu ini dipublikasikan oleh Anomaly dan bisa didownload di iTunes.

Agensi iklan Saatchi & Saatchi menggandeng penyanyi Alexa Dixon menyanyikan jingle ‘Do It Our Way (Play)’ untuk kampanye produk jam tangan Weight Watchers UK. Lagu ini menjadi tools engagement produk jam ini kepada khalayak luas dengan membiarkan lagu ini dapat di download di iTunes dan tiap downloadnya, meskipun tidak membeli produk jam tangan tersebut, Weight Watchers akan memberikan donasi ke lembaga sosial.

Agensi iklan tersebut seakan mengambil peranan label sebagai supplier untuk musik dan artis kepada brand. Disini yang saya perhatikan adalah agensi iklan punya kekuatan memahami apa yang diinginkan oleh brand dan siapa target marketnya. Mindset yang sangat berbeda ketika musik label datang ke brand minta sponsorship. Kebanyakan dari musik label adalah membawa produk lagu atau album yang sudah jadi dan meminta brand untuk mendukung produk tersebut. It works for some times. Tetapi saat ini persaingan antar brand untuk mendapatkan perhatian dari pasar semakin sengit. Sponsorship lagu atau album tidaklah cukup dan angka investasinya terlampau besar.

Ada juga musik label yang mampu mengakomodir kebutuhan brand. Sebagai contoh dari pengalaman teman saya adalah The Changcuters dari Sony Music Indonesia yang menjadi ikon untuk produk Nokia X2-01. Selain menjadi talent untuk iklan produk tersebut, The Changcuters membuatkan sebuah lagu berjudul “Parampampam” dan lagu ini oleh Sony Music dipasarkan layaknya rilis single biasanya. Artinya jingle ini dapat dinikmati dan direquest di radio tanpa melalui radio-ads. Pihak Sony Music juga membuatkan dua macam aplikasi mobile yaitu Changcut Chat dan Changcut Game yang keduanya dibundling secara eksklusif di ponsel Nokia dan dapat diunduh di Nokia Store. Sebenarnya banyak contoh musik label lainnya yang sukses berkolaborasi dengan brand.

Kehadiran agensi iklan yang tadinya hanya middle man menjadi supplier untuk musik dan juga artis bisa jadi ancaman. Saya melihat roadmap bisnis musik ke depannya adalah sbb: musik rekaman menjadi merchandise seperti CD atau kaset, pertunjukan panggung menjadi sarana untuk promosi dan penghasilan yang banyak didapatkan dari iklan atau sponsor.

Seperti yang saya sampaikan tadi agensi iklan punya pemahaman atas kemauan klien brandnya dan juga analisa terhadap pasar. Bukan mustahil, agensi iklan bisa belajar untuk mendistribusikan musik rekaman ke retailer-retailer dan memasarkannya. Musik label punya kekuatan besar yaitu pengalaman puluhan dekade menciptakan dan mengembangkan bakat-bakat dan mengorbitkannya ke blantika musik. Ingat juga kebutuhan tiap brand berbeda-beda dan perlu dicustomized. Tinggal perang strategi dan proposal yang ujung-ujungnya bakal dicari mana yang akan membawa angka ROI paling logis. Ini bukan lagi soal mana musik yang bagus tetapi mana yang lebih bisa berkomunikasi.

You Might Also Like

0 comments

Like us on Facebook