MR. X KOREA

June 18, 2011

Di pagi yang cerah ini untuk pertama kalinya Andiani menginjakan kakinya di seul ibu kota Korea Selatan. Sebuah Negara yang teletak di benua Asia. Die adalah biasanya orang memanggil Andiani gadis berumur 22 tahun. Die adalah mahasiswi sebuah perguruan tinggi swasta yang ada di Jakarta. Die menggambil cuti selama setahun dan ia pergi ke seul untuk sebuah tujuan yaitu menemui seorang cowok yang ia kenal melalui dunia maya yaitu 'internet'. Tiga bulan sudah iya menjalani hubungan pertemanan jarak jauh. Cowok itu biasa disebut mr. X Korea. Mereka menjalin hubungan mereka yang tanpa status. Berbekal sebuah foto yang dikirim melalui email dia menapaki langkahnya dengan cepat. Dengan berbekal pengetahuan bahasa korea yang terbatas dan pengetahuannya tentang korea yang terbatas. Die melangkah dengan optimis bahwa ia akan bertemu dengan mr. x. korea.

Selama perjalananya ke seul Die selalu bersemangat. Tak terlalu banyak yang ia harapkan. Untungnya Die masih mempunyai teman asal Indonesia yang tinggal di korea setidaknya dia tidak harus khawatir akan tinggal dimana. Ana adalah teman Die yang tinggal di korea. Ana adalah mahasiswi penerima beasiswa. Dengan berbekal alamat yang diberikan Ana, Die bergegas pergi dari bandara untuk menuju ke alamat tempat Ana tinggal. Sayangnya Ana tidak bisa menjemput karena dia harus masuk kerja paruh waktu di toko kue yang tak jauh dari tempat tinggalnya.

Dalam perjalanannya menuju tempat tinggal Ana, Die melihat sebuah mobil mewah melintasi jalan dengan sangat kencang tak terkendali. Di dalam sebuah taxi matanya mengamati mobil tersebut dan tak lama setelah itu terdengar suara Dur!!! Sepertinya mobil yang dilihatnya menabrak sebuah pohon besar yang ada di ujung jalan. Dengan spontan taxi yang ditumpangi Die berhenti. Jalan pada pagi ini memang sangat sepi. Tanpa berfikir panjang Die segera turun dari taxi dan menghampiri mobil tersebut. Dilihatnya pengemudi mobil tersebut adalah seorang lelaki setengah baya, berumur sekitar 50 tahun dengan kepala berada di atas stir mobil dan kening yang berlumur darah serta nafas yang terputus-putus. Melihat hal tersebut Die panik dan tak tahu harus melakukan apa bahkan supir taxi yang ia tumpangi menyarankannya untuk pergi dan meninggalkan orang itu. Dengan sedikit memohon kepada supir taxi untuk mengantar orang tersebut ke rumah sakit.

Sesampai di rumah sakit Die masih tak beranjak dari ruang ICU. Menunggu berita dari dokter yang menangani orang tersebut. Satu jam, dua jam telah berlalu dokter pun belum selesai memeriksa, dengan hati cemas Die menunggu. Tak lama kemudian dokter keluar dari ruang ICU dan memberi penjesan pada die kalau orang itu masih dalam keadaan koma dan membutuhkan darah bergolongan AB. Sekali lagi hal yang membuatnya tidak dapat berkomunikasi dengan baik adalah minimnya pengetahuan bahasa korea tapi untungnya dokter dapat menjelaskan dengan menggunakan bahasa inggris.

Melihat orang itu tergeletak dengan tak berdaya membuat die menjadi iba dan tanpa sadar ia meneteskan air mata. Dia memikirkan bagaimana perasaan keluarganya kalau sampai hal yang tidak diinginkannya terjadi. Dengan spontan Die menyuruh dokter untuk memeriksakan kecocokan darahnya agar bisa diberikan oleh orang tersebut.

Akhirnya orang tersebut dapat terselamatkan berkat darah yang diberikan die. Dengan demikian die dapat dengan lega. Tak lama kemudian ia pun teringat oleh mr. x koreanya. Hari ini rencananya adalah bersama ana mencari cowok itu. Semua rencananya berantakan karena ia harus menemani orang itu di rumah sakit sebelum keluarganya datang.

Kruk…kruk suaranya terdengar dari dalam perut die. Karena panik sejak dari pagi tadi die belum makan apa-apa. Die memakan sepotong roti yang berasal dari dalam ranselnya yang ia bawa dari Jakarta. Sambil melahap roti ditangannya. Die bercerita pada orang tersebut maksud kedatangannya ke korea.

“Paman saya datang ke seul sebenarnya untuk bertemu dengan mr.x korea teman saya yang saya kenal lewat chatting. Paman doakan saya agar saya dapat bertemu dengan dia dan saya akan mendoakan paman untuk kesembuhan paman. paman harus cepat bangun agar nanti paman juga bisa membantu saya menemukan teman saya itu. Paman berbaring terus apa tidak capek. Ahh saya belum kasih tahu paman nama saya, baiklah sekarang kita berkenalan, nama saya adalah Andiani paman bisa panggil saya dengan sebutan Die. Saya berasal dari Indonesia saya tinggal di Jakarta. Paman, Paman harus janji kalau Paman akan sembuh karena paman harus temani saya keliling Seul. Itu hutang paman pada saya. Paman harus semangat untuk sembuh. Semangat!!!”

Ahh.. suara itu adalah desahan nafas orang yang mengalami kecelakaan tersebut. Dan tak lama kemudian tangan orang tersebut bergerak. Melihat hal itu die melompat kearah orang tersebut sambil berkata.
“Hah akhirnya paman sudah sadar.” Mendengar die berbicara seperti itu orang tersebut mengerut kan kening menandakan tak mengerti apa yang dibicarakan oleh die.

“Oh sorry, I can’t speak Korean. Im from Indonesia. My name is die. Uncle are you ok?” Tanya die.
“Yes” jawab orang tersebut

“Saya panggil dokter dulu. Oh sorry doctor maksud saya. Ahh” die menjawab dengan terbata-bata dan tata bahasa yang yang kurang baik, sambil bergegas memanggil dokter “Doctor” here im here please.” Ungkapnya lagi.

Entah apa yang harus die lakukan karena die tidak mengerti apa yang dokter dan orang tersebut bicarakan. Die hanya melihat kalau orang tersebut menyuruh dokter menulis pada secarik kertas yang kemudian kertas itu diberikan kepada Die. Kertas itu bertuliskan nama dan sederet angka yang dia fikir itu adalah nomor telpon. Die mengamati agar dia dapat membacanya.

“Uncle i can’t help you anything, but im very happy you wising up now. Be care full because now I must go.” Tanpa sadar tanggan orang tersebut menggenggam tangan Die dan berkata.

“Please don’t leave me alone.” Mendengar hal itu die mengurungkan niatnya untuk pergi. Hal itu membuatnya teringat akan sosok ayahnya yang sudah meninggal dan tanpa sadar dia meneteskan air mata sambil berkata.

“Ok uncle I will stay here until your family come.” Mendengar hal itu maka orang itu tersenyum. Semalaman die terjaga dari tidurnya dan tanpa sadar dia tertidur di sisi pojok ranjang orang tersebut.

Keluarga orang yang ditolongnya akhirnya datang. Die masih terlelap sampai tak sadar kalau ada seorang wanita setengah baya menghampirinya dan tersenyum padanya. Orang itu adalah istri paman yang ditolongnya. Paman tersebut menceritakan bahwa die telah menolongnya dari kecelakaan tersebut. Mendengar hal itu istrinya mengusapkan tangannya di kepala Die sambil mengucapkan terima kasih. Tanpa sadar die menyebutnya dengan panggilan ibu sambil berkata.

“ma, aku minta maaf karena aku pergi gak bilang sama mama. Mama aku sayang mama.” Mendengar gumamnya wanita tersebut tersenyum dan tak lama akhirnya Die terbangun dari tidurnya. Tak lama ia sadar kalau wanita yang berada di sampingnya bukan ibunya. “hah!!” die terkejut.

“sorry.” Ungkapnya pelan.

“are you from Indonesia?” Tanya wanita itu kepadanya.

“yes.” Jawabnya singgkat dengan wajah tertunduk.

“thanks for your help.” Ucap wanita itu padanya.

“ah..its ok don’t worry.” Tandasnya lagi sambil tersenyum.

“where do you live? And your family here?” Tanya wanita itu padanya. Belum sempat die menjawab paman menjelaskan.

“she is alone here. Shes family in Indonesia.”

“o ya? Are you tourist? What your travel? Maybe I can help you?” bibik itu bertanya padaku.

“oh…no…no Im not tourist. Im looking for my friend.” Ucap die menjelaskan.

“your friend? Maybe I can help you? Who is your friend? From Indonesia too?”

“no.. he is from korea. And I don’t know he’s name. I know him by chatting” ungkapnya dengan malu-malu.

“what? Die are you sure? Do you have a picture? I will delegate someone looking for him?” ungkap bibik itu pada die.

“ah… it’s ok. I will looking for him. Because I will give him surprise.”

“ok I know that. But you can’t speak Korean. Im afraid you meet any bad person.”

“thanks, but Im is a super girl. He..he.”

“ha.. ok I know.” Wanita itu berkata sambil terenyum.

“you can stay my home.”

“ah.. no thanks. I will stay with my friend. Thank you so much.”

“ok but you must come to my home. If you need to help you can calling my phone ok.”

“ok.”

“Please give me your number? And my driver can deliver you home.”

“no.. no..”

“Please!!” ungkap wanita itu lagi.

“ah..ok thanks”

Sesampainya di depan rumah Ana, die langsung memeluk sahabatnya dari kecil itu. Ana adalah seorang gadis yang pandai. Sejak kecil dia selalu menjadi bintang sekolah. Di korea dia mengambil fakultas art and craft. Dengan mata sedikit terbelalak tajam ana memeluk erat Die. Ana yang menunggu dan mengkhawatirkan sahabatnya tersebut. Die memang datang terlambat dari perkiraannya. Dia takut akan terjadi hal yang tidak diinginkan atau die sekedar tersesat di jalan. Ana langsung menodong Die dengan segudang pertanyaan.
“Die lu kemanan aja sih? Kenapa baru sampai sekarang? Kenapa lu gak telpon gw. Lu tahu gak gw khawatir gimana kalau ada kejadian yang menimpa lu? Apa yang harus gw lakuin dan gw bilang ke nyokap lu? Gimana kalau lu hilang tersesat di jalan terus gw gak bisa nemuin lu?”

“kemarin di jalan ada sedikit kecelakaan. Makanya gw terlambat deh.”

“apa? Kecelakaan apa? Tapi lu gak papakan? Mana yang sakit? Kasih tahu gw mana yang sakit biar gw obatin!”

“ana gak ada kok. Yang kecelakaan bukan gw tapi ada bapak-bapak kecelakaan jadi gw harus nolongin orang itu dulu.”

“ah.. syukur deh. Lu pasti capek mendingan lu makan dulu teus istirahat gw mau kuliah dulu abis itu mau kerja.”

“lu kerja dimana?”

“di toko kue setelah pertigaan. Dari sini lu tinggal lurus ada pertigaan toko gw ke tiga dari situ.”
Jam 4 sore die bangun dan bergegas pergi ke toko kue tempat ana bekerja paruh waktu. Die melangkahkan kakinya dengan ringan. Dengan wajah ceria dia mulai dengan pencariannya.

Dengan ringan die melangkahkan kakinya sambil bernyanyi-nyanyi kecil. Tak lama kemudian “Bruk” dia menabrak seorang pria tampan yang sedang membawa sebuah cake. Dilihatnya cake tersebut terjatuh karena tertabrak oleh Die. Dengan spontan ia langsung meminta maaf kepada pria tersebut.

“Sorry.. please forgive me sir.” Ucapnya.

“Indonesia?” Tanya pria tersebut pada Die.

“yes, im from Indonesia.” Jawab Die. Pria tersebut marah ketika mendengar hal tersebut dan langsung menginjak cake yang terjatuh dan berkata.
“I don’t need it. If you want it? You can eat!” ucapnya dengan nada mengejek.

“Hei..you! you are crazy stop!” Lukas Die pada pria itu.

“maybe need milk too. I can give you sir!” lajut die sambil menuang segelas susu yang berada di tanggannya ke wajah pria tersebut. Dengan wajah kesal pria tersebut pergi meninggalkan Die.

Pria tersebut bernama Kim Jae Jung. Ia adalah seorang pengusaha muda korea yang sukses dengan latar belakang keluarga yang terhormat. Jae jung adalah putra tunggal seorang pengusaha sukses bernama Kim jae min. Ia juga seorang pewaris tunggal atas perusahaan Kim Corporation. Jae jung adalah pria lajang dengan banyak wanita yang berada di sisinya. Saat ini ia berpacaran dengan seorang model cantik bernama Song Sio Min.

Setelah sampai di depan toko kue tempat Ana bekerja die langsung menceritakan kisah pertemuannya dengan Jae Jung.

“lu tahu gak tadi gw ketemu sama cowok aneh dekat simpang jalan. Gw nambrak dia terus kuenya jatuh. Terus dia marah sama gw, padahalkan gw sudah minta maaf. Eh masa dia bilang dia gak butuh kuenya dan dia suruh gw makan kue yang udah jatuh ke tanah. Nyebelin banget deh, tapi yang anehnya lagi dia tanya gw orang Indonesia apa bukan? Terus dia marah-marah gak jelas. Sebel!!!” mendengar hal tersebut ana hanya bisa tertawa kecil sambil menanyakan kelanjutan cerita Die.

“trus lu diam aja?”

“ya gak lah, gw siram aja susu ke mukanya. He..hee..”

“lu siram susu ke mukanya?”

“kok lu berani? Die gimana kalau ternyata orang itu adalah orang jahat? Trus kalau dia marah n culik lu gimana? Die please ini bukan Jakarta dan lu disini baru 2 hari belum tahu jalan, gak bisa bahasa korea? Lu jangan buat gw cemas lagi atau gw terpaksa usir lu pulang ke jakarta!!”

“sorry deh!! Please gw masih pengen ketemu sama mr.x korea gw. Gw janji gak akan bikin lu khawatir lagi, please.” Pintanya memelas sambil memeluk ana sahabatnya.

“ok.. lu harus pegang kata-kata lu ya… gw sayang sama lu die..”

“eh tapi gimana tampang tuh cowok cakep gak?” lanjut ana.

“ah… cakep sih, dia tinggi, gagah, terus kayaknya dia beli kue itu buat seseorang deh secara cowok gak akan mau repot-repot beli sesuatu buat orang yang menurut dia gak penting. Pasti tuh kue buat ceweknya, atau buat gebetannya.” Jelasnya sambil tersnyum kecil.

“eh kok lu ceritanya sambil senyum-senyum sih. Jangan-jangan lu dah suka lagi sama tuh cowok?” ledek ana.
“gak mungkin.. gw kesini mencari pangeran gw. Jadi gak mungkin gw suka sama cowok bengis kayak gitu.”

“oh iya..die lu belum kasih lihat gw mr.x korea lu itu. Lu yakin kalau tuh orang sama dengan yang di foto. Gw takut dia kasih foto orang lain. Gimana kalau ternyata tuh cowok cuma iseng chatting cari cewek tapi bukan untuk serius. Gimana kalau ternyata tuh cowok udah merit atau sebenarnya tuh cowok benar-benar gak ada. Dia Cuma manipulasi computer doank.”

“gw gak berfikir sejauh itu tapi gw yakin kalau itu foto asli. Ana gw tahu keadaanya fifty-fifty tapi gw akan terima kalau memang hasilnya gak seperti yang gw bayangin. Setidaknya gw gak menyesal karena terus mengira-ngira cowok yang selama ini bicara sama gw lewat chating adalah benar bukan cowok iseng yang susah tidur kalau malam terus dia milih chating biar gak kesepian.”

“die gw juga berharap begitu tapi gw gak mau lu kecewa. Lu udah jauh-jauh ke sini terus hasil yang lu dapet gak seperti yang lu inginkan. Inget lu korbanin kuliah lu biar bisa dateng ke sini padahal lu udah berharap banyak. Gw bicara seperti ini karena gw perduli sama lu.”

“thanks ya.. gw beruntung punya temen kayak lu. Gw sayang sama lu.” Ucap die sambil memeluk sahabatnya.

“nanti setelah pulang kerja kita cari tuh mr.x korea lu. Eh tapi gimana istirahatnya lu masih capek gak? Kalau masih capek lu bisa lanjutin istirahat jadi besok kita cari tuh cowok yang udah bisa bikin temen gw jadi hilang akal. Dan kalau ketemu gw akan peringatin dia untuk gak nyakitin temen gw yang manis.” Ucap ana sambil meladak.

“Ah.. ana kok lu gitu nanti dia malah takut terus hilang lagi gimana? Gw akan repot cari dia lagi..”

Melihat die begitu berharap ana mulai di landa kecemasan. Ia takut klau apa yang diharapkan oleh sahabatnya tidak menjadi kenyataan. Dia tak percaya kalau sahabatnya bisa begitu yakin akan sosok mr x yang dia kenal melalui dunia maya. Dia takut kalau sahabatnya tidak dapat menerima kenyataan kalau sosok yang di selama ini ia kenal memalui internet berubah 180 derajat. Tanpa sadar ana pun menatap sahabatnya dalam-dalam.

“ana..halo kok lu liatin gw kayak gitu sih? Lu kenapa sih? Ada yang aneh di muka gw?”

“enggak kok gw lagi ngebayangin kalau lu ketemu sama mr.x lu itu. Gw yakin dia pasti akan bilang kalau cewek yang dia kenal lewat internet itu sangat cantik. Wanita Indonesia dengan segala keunikan yang dimilikinya dan gw yakin dia pasti akan nyesel kalau selama ini gak pernah berusaha untuk nemuin lu.”

“ah..ana gw jadi malu….he..he.”

“gw gak bohong kok, lu lihat wajah lu di cermin! Mata lu yang bulat tahi lalat di pipi, senyum manis lu, kulit sawo matang lu tuh eksotik. Apalagi lu tuh selalu ceria kalau di dekat lu semua orang akan ketularan happy, mau yang lagi sedih, BT, gak mood, kesepian,putus asa semua akan jadi happy kalau ada di dekat lu.”

Akhirnya jam kerja ana selesai. Ana dan die memutuskan tuk pulang ke rumah. Die tidak mau terlalu memaksakan sahabatnya untuk membantunya mencari mr. x koreanya hari ini. Karena die tahu hari ini ana pasti lelah.

Sesampainya di depan rumah ana dan die di kejutkan sesosok lelaki muda yang berdiri di depan rumah. Pria tersebut adah supir paman yang telah di tolong oleh die. Pria itu juga pernah mengantar die pulang ke rumah ana. Karena die tidak bisa berkomunikasi dengan menggunakan bahasa korea maka pria tersebut berbicara dengan ana. Setelah itu ana menghampiri die dan berkata.
“die pria tersebut memberikan pesan kalau tuan Kim Jae Min mengundang lu kerumahnya besok pagi.”

“ok.” Jawab Die singkat. Mendengar hal tersebut maka pria tersebut langsung pergi meninggalkan mereka. Ana dan die langsung memasuki rumah kontrakan ana untuk beristirahat.

“Die kok lu gak bilang kalau tuan yang lu tolong itu adalah Tuan Kim!”

“gw lupa lagipula waktu dia kasih kartu namanya tulisannya gw gak ngerti. Lagipula gw gak pernah ada maksud apa-apa kok.”

“lu tahu gak kalau Tuan Kim itu adalah orang penting di korea dan dia juga orang paling kaya di korea, bisnisnya di mana-mana dan paling penting adalah dia masih keturunan kerajaan korea. Lu tahu lu lagi berurusan dengan orang yang punya pengaruh besar di korea!”

“ah.. bodo ah gw gak perduli. Mau milioner, jutawan, raja sekali pun gw gak perduli yang paling penting adalah gw bisa ketemu dengan Mr. X Korea gw.” Ucap Die sambil tersenyum simpul.

Sambil membaringkan tubuhnya di atas kasur die mulai dengan lamunannya dan khayalannya tentang Mr. X Koreanya. Setahun lebih die menjalin komunikasi dengan Mr. X Koreanya yang ia kenal melalui internet. Harapan yang indah ia tanamkan melalui lamunannya. Dan tiba-tiba wajah sesosok pria muda yang ia temui di persimpangan jalan muncul di benaknya. Sesaat kemudian dia tersadar dari lamunannya.

“ah!! Kenapa gw inget muka tuh cowok nyebelin sih!” ungkapnya. Mendengar hal itu ana tersenyum.

“Die mending lu cepet tidur kan besok lu ada undangan ke rumah Tuan Kim, jangan sampe telat. Setahu gw ketemu sama tuh orang susahnya minta ampun. Lu termasuk beruntung bisa di undang, lagi pula lu juga bisa minta tolong sama Tuan Kim buat nyari Mr. X lu itu!” ucap ana pada die. Sementara die telah tertdur sebelum ana menyelesaikan ucapannya. Menyadari sahabatnya telah terlelap pulas ana hanya bisa tersenyum memandangi wajah sahabatnya itu.

*****

Pagi harinya, Die pergi menghadiri undangan Tuan Kim Jae Min dengan di jemput oleh supir pribadi Tuan Kim. Selama di perjalanan die terus memperhatikan jalan yang di laluinya. Dengan hari riang die memulai harinya dengan ceria sambil menikmati pejalannya. Sesampainya di depan rumah Tuan Kim die berdecak kagum dengan keindahan rumah tersebut. Die yang tak percaya akan keberadaannya. Saat ini seorang Andiani memijakan ke dua kakinya di atas lantai marmer yang indah. Rumah ini seperti istana dengan bangunan model rumah klasik yang mewah. Tanpa sadar die menabrak sebuah tiang beton yang berada di depannya. DUK!! “Aww!!” teriaknya spontan. Mendengar hal tersebut semua orang memperhatikannya. Karena merasa malu Die langsung melemparka senyum dan menyapa dengan kata “Hi.” Dan mempercepat langkahnya ke salah satu ruang yang telah di tunjukan oleh kepala pelayan.

Di ruanggan itu tuan dan nyonya Kim telah menunggu Die. Melihat die telah datang mereka langsung menyambutnya dengan hangat. Dengan perlakuan yang baik dari Tuan dan Nyonya Kim membuat Die terharu. Die tak menyangka kalau dia akan di perlakukan dengan begitu baik oleh mereka.
“Die how are yu?” Tanya Tuan Kim pada Die.

“Fine thank you.”

“Die I want say thank you and then I invite you for lunch.”

“Ah… uncle it’s ok no problem.”

Teng-teng bunyi jam yang berdiri di sudut ruang berbuny yang menandakan waktu menunjukkan jam 1 siang waktu korea. Tanpa terasa mereka menghabiskan waktu setengah hari. Hal ini menandakan saat yang di tunggu-tunggu telah tiba yaitu saatnya makan siang. Die memang sudah tampak kelaparan menunggu waktu makan siang tiba secara die tidak sempat sarapan. Dengan sedikit gelisah die menunggu si empunya rumah untuk melanjutkan acara yang telah di sepakati yaitu makan siang.

Akhirnya waktu yang telah di tunggu-tunggu oleh die tiba. Tuan dan Nyonya Kim akhirnya mempersilahkan Die untuk menuju ke ruang makan. Dengan gegap gempita Die langsung meg-iyakan tawaran Tuan dan Nyonya Kim. Di amatinya hidangan yang telah tersedia di atas meja. Diantara makanan yang telah tersedia terdapat makanan kesukaan die yaitu Pizza. Dengan cepat die mengambil sepotong Pizza yang ada di atas meja setelah Tuan dan Nyonya Kim mempersilahkan Die untuk makan. Melihat Die yang begitu lahap menyantap Pizza tersebut.

“Do you like it?” Tanya Nyonya Kim pada Die.

“yes I’m very like it.” Jawab Die singkat.

Tak lama seorang pria muda datang menghampiri. Pria tersebut adalah putra tunggal Tuan dan Nyonya Kim. Pria tampan dengan tubuh tegab dan pakaian yang rapih. Pria tersebut mengucapkan permintaan maaf karena keterlambatannya. Die yang sedang asik menikmati pizza seketika terkaget ketika dia melihat pria tersebut. Pria tersebut adalah pria yang telah di temuinya di persimpangan jalan dekat toko kue tempat Ana bekerja. Bukan hanya Die yang terkejut pria tersebut juga terkagetkan dengan keberadaan Die di rumahnya. Mereka hanya tercengang menatap dengan tajam. Akhirnya Tuan dan Nyonya Kim memperkenalkan Die dengan Putranya Kim Jae Jung.

“Die this is my son Jae Jung.”

“ah… I’m Die. Nice to meet you.” Ucap Die agak sedikit nyinyir sambil mengulurkan tangan seraya menyapa. Uluran tangan Die tidak dihiraukan oleh Jae Jung. Tanpa basa basi Jae Jung langsung duduk di kursi makan yang berada di depan Die. Sejak itu keheningan terjadi sampai terdengar suara ponsel Tuan Kim berdering. Kring!! Dengan cepat Tuan Kim mengagkat telpon yang bordering. Tak lama kemudian Tuan dan Nyonya Kim berpamitan meninggalkan Die dan Jae Jung karena ada hal yang sangat penting. Tuan dan Nyonya Kim meminta Jae Jung untuk mengantarkan Die pulang setelah selesai makan. Dengan kompak mereka menjawab “What?” secara bersamaan, mendengar hal tersebut Tuan dan Nyonya Kim tersenyum.

Selama di perjalanan pulang mereka tak banyak berkata-kata. Hal yang paling utama adalah keterbatasan Die dalam berkomunikasi yaitu tidak dapat berbahasa korea. Sesekali merka beradu pandang dan kmudian langsung mengalihkan pandangan. Satu jam telah berlalu merka masih tak dapat membunuh keheningan di antara mereka. Kring!!! Terdengar suara ponsen Jae Jung bordering. Sesegera mungkin ia menjawab telpon. Die yang mencoba mencuri dengar hanya mengerutkan kening. Dia tak mengerti apa yang di ucapkan oleh Jae Jung. Yang tersengar hanylah suara seorang wanita dari seberang telepon. Die mulai berfikir kalau yang menelponnya adalah kekasih alias pacar Jae Jung. Tak lama setelah itu Jae Jung langsung menutup telpon gemgamnya. Melihat hal tersebut Die langsung melemparkan pandangannya ke denpan.

“Are you Indonesian? Tanya Jae Jung memecah keheningan.

“Emm..” jawab Die sambil menganggukkan kepala.

“My Friend from Indonesia too.” Lanjut Jae Jung.

“Oh…. Where he lives?”

“She is a lady, Jakarta.”

“oh.. sorry.. she is your girlfriend?

“oh.. not, only my friend. Ah.. forget it!!!”

“Do you like her?”

“I don’t know.” Jawab Jae Jung sambil memalingkan wajahnya. Tak lama kemudian sesampainya di depan rumah Die.

“ok.. thank you.” Ucap die pada Jae Jung. Tanpa banyak bicara Jae Jung langsung pergi mengemudikan mobilnya meninggalkan Die. Dalam hati Die berbisik “Huh aneh dia yang Tanya eh dia juga yang langsung BETE! Eh tapi kenapa mukanya merah waktu gw tanya tentang cewek itu ya? Ah gw tahu pasti dia ditolak sama tuh cewek makanya dia malu. Lagi pula mana ada cewek yang mau tahan sama dia. Aneh, nggak sopan, angkuh, belagu!!! Dia kelihatan keren karena dia anak orang kaya, coba kalau gak??? Pasti nasibnya sangat mengenaskan gak akan ada orang yang mau deket-deket sama dia. Eh pasti dia gak punya temen!!! Akh…. Bodo amat ah emang gw pikirin!!! Loh kok jam segini rumah masih sepi?? Ana kemana ya?

Sambil menunggu Ana pulang Die menyiapkan makan malam untuk mereka (Ana dan Die). Setelah selesai menyiapkan makan malam Die membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur. Hari ini adalah hari ke tiga Die berada di Seul tetapi dia juga belum melakukan pencariannya. Hal ini membuat Die merasa waktunya sudah terbuang percuma. Jam menunjukan pukul 8 malam Ana belum juga pulang. Die mulai gelisah memikirkan sahabatnya itu. Tak lama terdengar seseorang membuka pintu, mendengar hal tersebut Die langsung bergegas mengecek siapa yang memasuki rumah. Seperti dugaannya seseorang itu adalah Ana sahabatnya.

“Kok tumben pulangnya agak malam?”

“Oh iya tadi gw ada sedikit urusan.”

“lu dah makan belum? Gw dah siapin makan malam buat kita. Pasti lu dah laper makan yuk?”

Dengan semangat Ana menganggukkan kepala dan langsung menyantap makanan yang ada di meja. Dan kemudian berkata.

“Die gimana tadi makan siangnya?”

“Gw makan habis pizza yang disediain. Abis segitu banyak makanan tapi gw gak tahu makanan apaan karena yang gw tahu dan cuma pizza aja ya gw makan aja pizza. Tapi lu tahu gak? Ternyata tuh cowok yang waktu itu ketemu gw di simpang jalan deket toko kue tempat lu kerja eh ternyata dia anak paman Kim. Dan gara-gara dia acara gw agak jadi berubah jadi sepi kayak kuburan.”

“O..ya? kok bisa kebetulan gitu ya? Terus menurut lu gimana tuh Kim Jae Jung ganteng kan? Lu tahu gak dia tuh sekarang lagi deket sama artis terkenal di korea namanya Kang Sae Mi. berita tentang mereka tuh tersebar di TV, Koran, Majalah dan internet. Tapi kayaknya sih tuan Kim gak suka sama hubungan mereka. Apa karena dia artis? Terus waktu ketemu Kim Jae Jung apa yang lu lakuin?

“Kok lu bisa tahu kalau namanya Kim Jae Jung? Gw kan belum cerita! Tapi aneh kenapa dia langsung marah ya waktu gw tanya hubungan dia sama temennya dari Indonesia itu, apa? Apa karena dia udah punya cewek?”

“Ya iyalah gw tahu satu korea itu pasti kenal dia. Anak orang kaya, keren, pengusaha muda. Sebentar, tadi lu bilang punya temen orang Indonesia? Lu sempet ngobrol sama dia?” Tanya Ana.

“Sempet sih, tapi kesan gw sama dia tetep gak bagus. Dia tuh angkuh nyebelin banget deh.” Ungkap Die.

“Tahu gak kayaknya lu yang berlebihan deh. Setahu gw dia orang kaya paling ramah dan baik hati, pintar dan tidak sombong.”

“Mas Boy kali ah!” (aku menyahut atas pernyataan sahabat ku Ana).

Pagi ini Die menjalankan rencananya. Bersama dengan Ana sahabatnya Die mengelilingi kota Seol. Satu per satu dia tanyakan seseorang yang ada di dalam foto tersebut. Tak terasa seharian Die dan Ana melakukan pencarian dan hasilnya nihil. Akhirnya mereka memutuskan untuk beristirahat pulang ke rumah.
“Die lu capek gak? Kita pulang aja yuk? Besok kita cari lagi.”

“Duh kok susah banget ya? Gw kan gak lama-lama ada di sini. Gimana kalau sampai hari terakhir masih tetep gak ketemu juga? Sia-sia deh gw ke sini." Keluh Die sambil menghembuskan nafas panjang.

"Kalo gak nemu juga, berarti lu gak jodoh sama dia. Tapi... kan ada Kim Jae Jung. hehehehe." Goda Ana pada Die.

"Ogah, dia sombong, nyebelin, bikin bete, sama sukanya marah-marah. Gw mau Mr. X Korea Gw titik!!!!" Ungkap Die.

"Awas lu beda benci sama cinta tipis banget, kalo sekarang lu jauh-jauh ke sini cari Mr. gak jelas lu itu, nanti pas harus pulang ke Jakarta lu malah gak rela ninggalin Korea cuma karena Kim Jae Jung." Goda Ana lagi.

"Bodo-bodo-bodo, gw gak mau denger!" Ucap Die sambil menutup telinganya.

Tak terasa seminggu telah berlalu. Mr. X Korea tak juga ditemukan. Rasa lelah, menghinggapi Die. Akhirnya Die memutuskan untuk meninkmati keberadaannya di Korea untuk berlibur menikmati tempat-tempat indah di Korea.

Hari pertama di minggu ke dua Die mengunjungi COEX Mall. Berjalan menelusuri mall seorang diri tak membuat Die takut resasar karena dia pernah mengunjungi mall ini bersama Ana. Dilihatnya gerumulan orang-orang di mall membuat Die penasaran untuk mendekat.

Di sela-sela Die melihat gerumulan tersebut, tanpa sadar seseorang menarik tangannya. Tanpa sadar Die hanya terkaget dengan diam sesaat karena orang yang menarik tangannya adalah Jae Jung. Dengan menatap Die, kepada gerumulan itu Jae Jung berkata.


난 널 사랑해
Entah apa yang orang-orang bicarakan saat itu. Blitz-blitz kamera membuat kepala Die pusing. Lalu Jae Jung menarik Die keluar dari gerumulan tersebut meninggalkan mall. Di dalam mobil seolah heran dan hanya terdiam tak tahu berkata apa. Kesunyian tampak menyelimuti mereka.
Tak lama kemudian Jae Jung menghentikan kemudi mobil dengan wajah tertunduk di atas stir mobil. Suara isak tangis pecah ketika itu. Die yang tak mengerti untuk berbuat apa hanya terdiam dan sesekali menghibur dengan menepuk punggung Jae Jung. Dan sesekali Jung Jae Min mengucap maaf menggunakan bahasa Indonesia "Maaf, maafkan aku." Mendengar hal itu Die hanya terdiam, dia tak tahu akan berbuat apa.

"Aku.." Ucap Jae Jung terbata-bata.

"Wanita itu, dia menderita karena aku. Aku tak tak tahu kalau aku akan menjadi seperti ini. Aku tak tahu kalau aku akan menderita seperti ini. Tapi satu hal aku sangat mencintainya. Aku mencintainya. Aku ingin dia ada di sisi ku. Aku benci menjadi Kim Jung Jae Min."

"Ehmm, dimana wanita itu? Kenapa kamu tidak berusaha mengejarnya? Meraih kedua tangannya dan mengatakan perasaan mu." ucap Die. Mendengar Die berkata seperti itu Jung Jae Min menggelengkan kepada sambil berkata "Aku tak tahu dia berada dimana. Seandainya aku bisa, bukan hanya kedua tangannya yang aku genggam tapi aku akan memeluknya erat dan tak akan melepasnya kembali." Ungkapnya pada Die.

"Saat ini, aku rasa dia lebih menderita dari kamu karena cintanya. Kalau aku jadi kamu, aku akan raih cinta itu dan aku letakkan di hati, ku kunci sehingga aku tidak akan kehilangannya kembali." Ucap Die sambil tersenyum.

"Terima kasih, aku tak pernah menggungkapkan hal ini. Entah mengapa aku ingin bercerita pada mu." Jawab Jae Jung.

"Tapi, bahasa Indonesia kamu bagus sekali."

"Aku pernah selama 3 tahun tinggal di Indonesia. Aku suka tinggal di Indonesia, terutama Bali. Aku belajar privat bahasa indonesia selama tinggal di Bali."

Entah mengapa saat itu Die merubah penilainnya terhadap Jung Jae Min. Tak hanya saat ini, mereka semakin akrab, bercerita bahkan tak jarang mereka pergi bersama mengunjungi tempat-tempat wisata di Korea. Hal ini dimanfaatkan Die sebagai pemandu wisatanya selama di Korea.

Hari ini tepat dua minggu Die berada di Korea yang bertanda dia harus kembali ke Jakarta. Di bandara dia memeluk sahabatnya Ana mengucapkan salam perpisahan. Walaupun tak dapat menemukan Mr. X Koreanya, Die tidak merasa sedih. Pengalamannya mengunjungi tempat-tempat indah sedikit melegakannya karena perjalanannya begitu menyenangkan.

"Die, die" suara seseorang memanggil. Dilihatnya seseorang berlari menghapirinya. Orang itu adalah Jae Jung. Dengan nafas terengah-engah Jae Jung langsung memeluk Die dan berkata "Aku akan merindukan mu, jadikan aku Mr. X Korea mu dan menjadi sahabat mu. Aku akan mengunjungi mu di jakarta kelak."

"Ok, mulai saat ini aku akan mengganti Mr. X Korea ku menjadi Mr. Jae Jung sahabatku. Jangan lupa mengirim email pada ku. Mengerti!" Ucapku sambil tertawa.

"Ok." Ucap Jae Jung dengan nada lantang.

Dengan langkah pasti Die melanjutkan perjalanannya untuk segera naik pesawat menuju Jakarta. Dengan bangga di mengatakan pada teman-temannya di Jakarta bahwa dia telah menemukan Mr. X Koreanya yang bernama Kim Jae Jung.

You Might Also Like

0 comments

Like us on Facebook