Ada Apa Dengan Cinta

November 17, 2014

Masih ingat dengan jelas film bertajuk anak sekolah yang sangat populer 12 tahun yang lalu. Yah, Ada Apa Dengan Cinta adalah kisah anak remaja dieranya yang sangat populer. Cerita cinta anak remaja dengan segala konflik yang ada di dalamnya. Entah mengapa aku seolah tersentil dengan hadirnya mini drama kelanjutan film tersebut. Bukan tentang bagaimana aku memuja seorang kekasih lama, namun bagaimana cinta kasih terbentuk dari sahabat-sahabat karibku.

Aku mungkin tak seberuntung Cinta dan teman-temannya yang dapat saling berjumpa. Kenangan masa sekolah memang hal yang sulit dilupakan. Dahulu, aku dan teman-temanku membangun tembok tebal yang sulit ditembus oleh orang lain. Persahabatan tanpa pamrih dengan suka dan duka terurai di dalamnya. Sampai suatu ketika semua berubah sejak aku memutuskan untuk tetap berada di Jakarta. Disini lah duniaku yang sepi dimulai. Tak ada canda tawa dari seorang Ical, tak ada hangatnya peluk manja Ericca, tak ada celetukan juteknya Cindy dan tak ada senyum nakalnya Michael Arianda. 

Acara rutin sore hari yang selalu kita lewatkan bersama adalah menyantap nikmatnya siomai pinggir jalan depan kampus LIA Pramuka. Cara sederhana menikmati hari dengan bersenda gurau tanpa harus sibuk memikirkan esok dan masa depan. Tak jarang kami sering bertengkar hanya karena silang pendapat ulah si cewek cantik Ericca yang tidak pernah bosan membuat suasana kacau atau si guru serius kalau saat jam belajar bersama. Untuk kasus ini, aku yang selalu menjadi sorotan karena nilai yang selalu anjlok dan jeblok. Jika mengingat masa sekolah dasar, aku adalah murid terbodoh di sekolah namun beruntung aku punya teman-teman dengan kepandaian dilevel wow.


Yang paling teringat ketika bejalar adalah bagaimana mereka tidak menciptakan kesan sebagai pengajar melainkan belajar, bermain dan tumbuh bersama sampai aku dapat menghasilkan sebuah prestasi di masa sekolahku. Dipertengahan tahun 2002, aku mulai kehilangan satu persatu teman bermainku. Ketika mereka memutuskan meninggalkan Indonesia untuk melanjutkan pendidikan mereka, aku memutuskan untuk tetap tinggal dan melanjutkan kuliah di Jakarta. Ini adalah sisi terhebatku ketika aku menanggalkan semua kenikmatan dan kesejukan hati dari orang-orang terkasihku.

Setelah 12 tahun, aku tak kunjung bangkit dari rasa tergantung untuk terus memiliki kenangan cinta dan canda tawa yang pernah hilang. Ada Apa Dengan Cinta? Aku bukan Cinta seorang pelakon dari film tersebut, aku adalah Cinta yang memmanggil tawaku untuk lekas kembali. 



Tersemat kata yang pernah terucap
Bersama mendayung harap tak pernah tersandarkan
Berharap sepi tergantikan riuh yang tak kunjung datang
Ketika ku alihkan pandanganku dan memutuskan melepas genggaman itu
Aku akan berjalan tanpa hentak, menjauh dari silaunya mentari yang akan mengukir ceria
Ini aku, yang sesungguhkan merindukan purnamaku untuk aku dekap dan ku letakkan di dalam hatiku


You Might Also Like

0 comments

Like us on Facebook