Pembenaran Sikap yang Salah

November 19, 2014

foto : e-psikologi.com
Perkembangan psikologi sangatlah tidak bisa dipisahkan dengan perkembangan motorik dan fisik anak. Perekembangan psikologi akan sangat berkaitan dengan perkembang anak secara keseluruhan.

Anak akan mengalami suatu periode yang dinamakan sebagai masa keemasan anak saat usia dini dimana saat itu anak akan sangat peka dan sensitif terhadap berbagai rangsangan dan pengaruh dari luar. Perkembangan dan pertumbuhan dari masing-masing anak berbeda-beda. Saat masa keemasan, anak akan mengalami tingkat perkembangan yang sangat drastis di mulai dari pekembangan berpikir, perkembangan emosi, perkembangan motorik, perkembangan fisik dan perkembangan sosial. 

Perkembangan anak dimulai dari usia 0-8 tahun, Orang tua harus betul menjadikannya sebagai perhatian khusus, karena hal ini tentunya akan sangat berpengaruh terhadap kehidupan anak di masa yang akan datang. Untuk hal ini, saya akan sedikit menelisik mengenai perkembangan Sosio-emosional.

Perkembangan sosio emosisonal anak terbagi ke dalam beberapa tahap, yaitu:
  1. Tahap percaya versus curiga (Trust vs Mistrust), usia anak 0-2 tahun, dalam tahap ini anak akan tumbuh rasa percaya dirinya jika mendapatkan pengalaman yang menyenangkan, namun akan tumbuh rasa curiga jika anak mendapat pengalaman yang tidak menyenangkan.
  2. Tahap Mandiri versus Ragu (Autonomy vs Shame), usia anak 2-3 tahun, perasaan mandiri mulai muncul tatkala anak sudah mulai menguasai seluruh anggota tobuhnya, sifat ragu dan malu akan muncul pada tahap ini ketika lingkungan tidak memberinya sebuah kepercayaan.
  3. Tahap berinisiatif versus bersalah (Initiative versus Guilt), usia anak 4-5 tahun. Pada masa ini anak sudah mulai lepas dari orang tuanya, anak sudah mampu bergerak bebas dan berhubungan dengan lingkungan. Kondisi ini dapat menimbulkan inisiatif pada diri anak, namun jika anak masih belum bisa terlepas dari ikatan orang tuanya dan belum bisa berinteraksi dengan lingkungan, rasa bersalah akan muncul pada diri anak.

Berdasarkan hal diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat kestabilan emosi akan sangat berperan penting pada bentukan psikologi anak. Saya sangat ingin berbagi pengalaman saya ketika saya bertemu dengan anak-anak yang bermasalah dengan psikologisnya. Kecendrungan dari mereka adalah suka murung, berbohong bahkan ada beberapa yang harus bermasalah dengan hukum. Hal ini juga pernah saya dengar dari seorang motivator yang menangani kasus pembentukan karakter dari kasus-kasus pelecehan seksual terhadap anak.

Tak terlepas dari hal itu, pembentukan anak berpola pada prilaku orang tua. Saya pun sangat penasaran dengan topik yang sedang hangat yaitu tentang foto bugil deretan artis terkenal. Tahukah kalian ketika kalian berdalih sesuatu yang harusnya menjadi vulgar namun dinilai 'seni' oleh sebagian orang? Bagaimana ketika pola pikir harus menjadi sama rata dan kalian harus dipaksa pintar sementara jumlah orang terdidik dan terlatih sangat sedikit. Apakah program pendidikan sudah merata diseluruh bagian Indonesia? Adakah rakyat Indonesia yang sudah terjauh dari buta aksara?

Pertanyaan-pertanyaan tersebut seolah sentilan namun menjadi hal yang kadang dianggap lumrah dan biasa saja. bahkan banyak kasus pelecehan seksual datang dari dalam rumah sendiri, sekolah, madrasah dan tempat-tempat yang seharusnya menjadi payung perlindungan untuk anak. Sudahkah kita bertanya kepada anak, adik, keponakan atau kerabat kita tentang kebahagiaan? Kita bisa mulai dari sekedar bertanya 'apa kamu senang di sekolah?' atau 'apa kamu bahagia hari ini?'

Tidak hanya kekerasan seksual, kekerasan fisik, verbal pun menjadi hal penting sebagai pembentuk perkembangan psikologi seorang anak. Saya pernah mengalami kekerasan verbal ketika duduk di sekolah dasar. Mungkin bagi sebagian orang, ejek mengejek menjadi hal biasa, Namun untuk kasus tertentu hal ini akan menjadi penyebab anak menjadi minder, pemalu dan pendiam. Hal ini biasanya dilakukan oleh teman sebaya. Namun ketika hal tersebut dilakukan oleh seorang guru yang harusnya mengajarkan etika dan menjadi pendidik akan berdampak pada pembentukan psikologi secara langsung karena anak akan merasa tak terlindungi, dipermalukan dan sebagainya.

Terlepas dari itu, saya ingin bertanya untuk merespon foto-foto bugil Kim Kardashian di majalah Paper. Sensualitas jelas terpampang di dalamnya dan tanpa dipungkiri lagi hal tersebut menjadi sebuah erotisme. Saya sangat penasaran apa yang anaknya pikirkan tentang ibunya ketika dia dewasa? Apakah bangga, senang, sedih, malu dengan ibunya? Apapun itu, jadilah ibu yang dapat membanggakan, karena kebutuhan psikologi anak terhadap pemikiran orang lain kepada orang tuanya akan membentuknya menjadi apa dan bagaimana ia dalam bersikap. Jadilah orang tua yang bijak dalam hidup sebagai pegangan anak. 

Percaya atau tidak, banyak anak-anak yang saya temui, mereka merasa tidak bangga dengan orang tuanya. Bahkan bayak diantaranya menyesal dilahirkan dari orang tua atau hidup dalam lingkungan yang anak anggap memalukan untuk diungkap. Orang tua tidak hanya bertugas melahirkan, namun bertugas mendidik dan membentuk melalui pola asuh yang benar dengan bersikap seolah menjadi cermin untuk anaknya kelak.

So, janganlah memaksa orang lain untuk jadi sepintar Anda sehingga dengan sombong Anda berkata 'jangan kotor dong pikirannya, itukan seni dan seni itu indah' atau sekedar 'pinter dikit dong, lu aja yang otaknya ngeres' atau 'orang Indonesia udah pada pinter kok, saya kan cuma cari rezeki, kalau suka silahkan ditonton kalau gak suka tinggal ganti channel aja'.

Banyak celotehan-celotehan seolah biasa untuk menguatkan argumentasi diri sendiri sebagai pendukung pembenaran dalam bersikap, padahal sudah jelas hal itu "salah"


Source Foto : http://www.papermag.com/2014/11/kim_kardashian.php

You Might Also Like

0 comments

Like us on Facebook